Untuk mendapatkan produksi padi hibrida sesuai dengan potensinya, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur merekomendasikan agar budidayanya dilakukan secara intensif dengan
menerapkan paket teknologi anjuran sebagai berikut.
Benih dan Persemaian
Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali tanam. Artinya, setiap kali menanam petani harus menggunakan benih baru dan bersertifikat. Penggunaan benih padi hibrida yang dianjurkan 15-20 kg/ha untuk sistem tanam tegel. Jika menggunakan sistem tanam jajar legowo, kebutuhan benih lebih banyak + 30% atau 4,5 - 6 kg/ha.
Ada 31 varietas padi hibrida yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Departemen
Pertanian sampai tahun 2008. Di antaranya adalah Intani, Rokan, Maro, Longping, Arize Hibrindo, HIPA3, SL 11 SHS, ADIRAS 64 dan PP-1.
Persemaiannya dengan menggunakan sistem basah: lahan diolah dalam kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20 m2
atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha.
Selanjutnya benih direndam dalam larutan Te******** 20 ppm, selama 12 - 24 jam, kemudian ditiris di tempat yang aman hingga berkecambah 1 mm, kemudian
disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2.
Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian. Sehari setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari kedelapan dan seterusnya, ketinggian air di jaga 2-5 cm.
Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai daun 5-6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara periodik dilakukan pengamatanterhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). (Dari berbagai sumber)
menerapkan paket teknologi anjuran sebagai berikut.
Benih dan Persemaian
Benih padi hibrida hanya dapat digunakan untuk satu kali tanam. Artinya, setiap kali menanam petani harus menggunakan benih baru dan bersertifikat. Penggunaan benih padi hibrida yang dianjurkan 15-20 kg/ha untuk sistem tanam tegel. Jika menggunakan sistem tanam jajar legowo, kebutuhan benih lebih banyak + 30% atau 4,5 - 6 kg/ha.
Ada 31 varietas padi hibrida yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Departemen
Pertanian sampai tahun 2008. Di antaranya adalah Intani, Rokan, Maro, Longping, Arize Hibrindo, HIPA3, SL 11 SHS, ADIRAS 64 dan PP-1.
Persemaiannya dengan menggunakan sistem basah: lahan diolah dalam kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20 m2
atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha.
Selanjutnya benih direndam dalam larutan Te******** 20 ppm, selama 12 - 24 jam, kemudian ditiris di tempat yang aman hingga berkecambah 1 mm, kemudian
disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2.
Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian. Sehari setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari kedelapan dan seterusnya, ketinggian air di jaga 2-5 cm.
Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai daun 5-6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara periodik dilakukan pengamatanterhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT). (Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar