Saya, Becik Pambudi. Terlahir di kota R****** tercinta (tahukan dimana tempatnya ?). Tepat Senin wage. Itema, tapi banyak yang bilang manis,..he...he...he... Masa kecil sering mainan layangan. Di alun alun so pasti. SD, pilih yang gratisan aja. Waktu itu cuma bayar SPP 0 rupiah. Coba sekarang, hayoo.... Di SDN B********* III P********.
Numpang mejeng di depan mobil orang.
Setelah enam tahun yang menjemukan, karena bangun lebih pagi daripada ayam yang paling pagi, terdamparlah di SMPN 2 P**********.
Ada cerita menarik seputar kebosananku waktu di SD. Setiap pagi, selalu tergesa-gesa. Gurunya JAIM banget sih.. Pernah karena itu berangkat sekolah sampai lupa tak pakai sepatu. Apalagi bu Guru. Karena takutnya setengah mati sama yang namany Headmaster, sampai lupa kalau roll rambutnya masih bertengger dengan nyaman di puncah ubun-ubun.
Selepas SMP, karena ligamen otak dan neuron yang sederhana, cukuplah kalau diterima di sebuah SMA favorite (karena hanya ada 3 SMA negeri waktu itu) dengan nomor urut yang hampir saja terpleset. SMA 2 P******* menjadi pelabuhanku berikutnya.
Namanya juga keturunan pak Tani, mozaik berikutnya dalam kehidupanku adalah kota SOLO. Universitas Sebelas Maret Surakarta fak Pertanian. Masuk 19**, di Ospek tahun itu juga. Mozaik berikutnya adalah saat OSPEK. Salah satu dari panitia OSPEK (cewek, dong tentunya) itulah nantinya yang akan melahirkan anak-anakku yang Insyaallah akan menjadi salah satu laskar ISLAM di masa mendatang.
My soulmate
Dengan berkeringat darah, tahun 20** namaku tercantum dalam daftar wisuda saat itu.
Menikah sebelum wisuda. Bukan apa-apa, hanya takut saja dengan godaan syetan. Dengan mbak ex-panitia yang meng OSPEK-ku.
Pelabuhan terakhir sampai saat ini adalah PT. S*****************
Dua orang gadis mungil telah menghiasi khazanah hidupku. Yang selalu memberiku inspirasi, semangat dan harapan.
Read More......